Ada beberapa macam jenis bahaya
kerja . Namun ternyata diantara jenis-jenis bahaya kerja tersebut ada satu
jenis yang nampaknya sederhana tapi justru berperan besar dalam mayoritas
kecelakaan kerja, jenis bahaya tersebut adalah behavioral hazards / bahaya
perilaku. kecelakaan disebabkan oleh kesalahan manusia yang mengakibatkan
kecelakaan. Kesalahan manusia ini erat kaitannya dengan perilaku yang tidak
aman (unsafe behavior). Tindakan atau perilaku yang tidak aman ini menyebabkan
kecelakaan kerja empat kali dari kecelakaan atau cidera yang diakibatkan
kondisi yang tidak aman.
Ada banyak alasan mengapa kecelakaan
terjadi. Kebanyakan orang cenderung melihat sesuatu untuk disalahkan ketika
terjadinya kecelakaan, karena lebih mudah dibandingkan mencari penyebab
kecelakaan.
- Mengambil
jalan pintas: tiap hari kita mengambil keputusan dan berharap akan
membuat pekerjaan lebih cepat dan lebih efisien. Tetapi apakah waktu yang
mengamankan tiap resiko keselamatan Anda? Jalan pintas menurunkan
keselamatan anda dalam bekerja dan meningkatkan kemungkinan Anda cidera.
Percaya atau tidak, sebenarnya perilaku yang safe lah yang paling efisien
dan efektif. Berbicara mengenai keefektifan dan keefesienan, ergonomi atau
K3 sangat berperan penting untuk mengeliminasi waste (hal-hal yang
mengganggu keefesienan), selengkapnyadisini.
- Percaya
diri yang berlebih: percaya diri itu bagus. Tetapi terlalu percaya
diri kadang tidak terlalu bagus. Perilaku seperti ini dapat menyebabkan
prosedur, perkakas atau metode kerja yang tidak benar dalam pekerjaan
Anda. Hal ini dapat menyebabkan Anda cidera.
- Memulai
tugas dengan instruksi yang tidak tuntas: untuk melakukan pekerjaan
dengan aman dan benar pertama kali Anda perlu informasi yang tuntas.
Pernahkan Anda melihat seorang pekerja disuruh melakukan pekerjaan, hanya
diberikan sebagian instruksi kerja? Jangan malu bertanya untuk dijelaskan
tentang prosedur kerja dan peringatan keselamatan. Hal ini tidaklah
membuat Anda bodoh bertanya tentang hal ini tetapi Anda salah jika tidak
bertanya.
- Kerapian
yang buruk: ketika klien, manajer, atau petugas keselamatan melewati
area kerja Anda, kerapian adalah indikator yang akurat menilai perilaku
seseorang tentang qualitas, produktifitas dan keselamatan. Kerapihan yang
buruk menimbulkan berbagai tipe bahaya. Area kerja yang rajin, rapih dan
dirawat membuat kebanggaan, kenyamanan dan keselamatan meningkat. Kerapian
ini dalam industri sering disebut dengan 5S atau 5R, selengkapnya disini, disini,
dan disini.
- Tidak
memperdulikan prosedur keselamatan: dengan sengaja tidak
memperdulikan prosedur keselamatan dapat membahayakan Anda dan rekan kerja
Anda. Anda digaji untuk mengikuti kebijakan keselamatan perusahaan bukan
membuat aturan Anda sendiri.
- Ganguan
mental dari pekerjaan: memiliki hari yang buruk di rumah dan cemas
dengan permasalahan di rumah ketika di tempat kerja adalah kombinasi yang
berbahaya. Mental yang jatuh dapat membuat fokus anda buyar untuk
mengikuti prosedur kerja yang aman.
- Gagal
merencanakan pekerjaan: banyak referensi yang mengatakan tentang
analisa bahaya kerja JSA adalah cara yang efektif untuk menemukan cara
yang pintar dalam bekerja dengan aman dan efisien. Bekerja dengan
tergesa-gesa saat memulai pekerjaan, atau tidak berfikir tentang proses
kerja dapat menempatkan anda melakukan cara yang berbahaya. Lebih baik
rencanakan pekerjaan anda kemudian bekerjalah sesuai recana tersebut.
Contoh
kasus terjadinya kecelakaan kerja
Musibah
bermula sebelumnya sekitar pukul 07.40 saat akan dilakukan penggantian jam
kerja, korban mengambil sampel lateks dibagian produksi. Namun sebelum
mengambil sampel korban memutar arah jalan dari tempat yang dituju sehingga
melintas dari bagian mesin yang bukan area lintasan. Saat melewati salah satu
mesin, tiba-tiba ujung jilbab korban yang terjuntai kebawah tersangkut puli
dinamo sehingga tergulung akibat jilbab tergulung akhirnya leher korban
tercekik ditempat kejadian perkara dalam keadaan sepi karena seluruh karyawan
bersiap-siap untuk pulang kerja untuk penggantian jam kerja sekitar pukul
08.00.
Akibatnya
tidak ada yang melihat korban sehingga tidak ada yang menolong dan
mengakibatkan korban meninggal dunia.
TAHAPAN PENYEBAB
·
Penyebab Umum
Jilbab korban yang terjuntai ke
bawah tersangkut pada puli dinamo yang sedang berputar
·
Penyebab Terperinci
Kelalaian korban dalam mengambil
arah jalan yang bukan areal lintasan dan dalam memilih penggunaan pakaian
kerja.
·
Penyebab Pokok
Kebijakan pabrik Perusahaan Kurang
memberikan pelatihan dan perhatian kepada pegawai mengenai keselamatan kerja
agar tidak lalai dalam mengambil suatu tindakan yang beresiko tinggi. Kurangnya
komunikasi yang baik antar pegawai kurangnya kepekaan pegawai terhadap
lingkungannya tempat bekerja.
Strategi Pengendalian
· Memberikan pendidikan dan pelatihan
keselamatan dan kesehatan kerja yang diperlukan pekerja guna meningkatkan
pengetahuan keselamatan dan kesehatan kerja, demi mencegah terjadinya
kecelakaan yang sama.
· Selama melakukan proses pekerjaaan yang
berbahaya, seperti pembersihan mesin, penambahan minyak, pemeriksaan,
perbaikan, pengaturan, mesin harus berhenti beroperasi. Untuk mencegah orang
lain menghidupkan mesin, maka mesin harus dikunci atau diberi tanda peringatan,
perusahaan harus memasang tutup pengaman atau peralatan pembatas.
· Operator mesin ataupun alat produksi
lainnya sebailrnya diberi peringatan setiap sesudah dan sebelumnya
mengoperasikan apakah ada petugas yang masih disana ataupun tidak. sebaiknya
operator mesin dilatih agar tetap siaga dan tanggap dengan tanggung jawabnya.
· Seluruh tugas keselamatan dan kesehatan
tenaga kerjaa harus bertanggung jawab menjalankan penanggulangan kecelakaan,
rencanaa penanganan darurat, serta melakukan bimbingan pelaksanaan setiap
bagian.
· Komunikasi antar pegawai hams selalu
terjaga dengan baik agar saling memperhatikan satu sama lain sehingga mampu
meminimalisir peluang kecelakaan yang terjadi.
Untuk
mencegah gangguan daya kerja, ada beberapa usaha yang dapat dilakukan agar para
buruh tetap produktif dan mendapatkan jaminan perlindungan keselamatan kerja,
yaitu:
1. Pemeriksaan
kesehatan sebelum bekerja (calon pekerja) untuk mengetahui apakah calon pekerja
tersebut serasi dengan pekerjaan barunya, baik secara fisik maupun mental.
2. Pemeriksaan
kesehatan berkala/ulangan, yaitu untuk mengevaluasi apakah faktor-faktor
penyebab itu telah menimbulkan gangguan pada pekerja
3. Pendidikan
tentang kesehatan dan keselamatan kerja diberikan kepada para buruh secara
kontinu agar mereka tetap waspada dalam menjalankan pekerjaannya.
4. Pemberian
informasi tentang peraturan-peraturan yang berlaku di tempat kerja sebelum
mereka memulai tugasnya, tujuannya agar mereka mentaatinya.
5. Penggunaan
pakaian pelindung
6. Isolasi
terhadap operasi atau proses yang membahayakan, misalnya proses pencampuran
bahan kimia berbahaya, dan pengoperasian mesin yang sangat bising.
7. Pengaturan
ventilasi setempat/lokal, agar bahan-bahan/gas sisa dapat dihisap dan dialirkan
keluar.
8. Substitusi
bahan yang lebih berbahaya dengan bahan yang kurang berbahaya atau tidak
berbahaya sama sekali.
9. Pengadaan
ventilasi umum untuk mengalirkan udara ke dalam ruang kerja sesuai dengan
kebutuhan.
Dapat
disimpulkan bahwa pekerja sebagai sumberdaya dalam lingkungan kerja konstruksi
harus dikelola dengan baik, sehingga dapat memacu produktivitas yang tinggi.
Keinginan untuk mencapai produktivitas yang tinggi harus memperhatikan segi
keselamatan kerja, seperti memastikan bahwa para pekerja dalam kondisi kerja
aman.
Sumber
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar